-->

cara menghindari nasib guru budi

nasib budiCara menghindari Nasib guru budi

nasib guru budi

Akhir akhir ini sedang heboh kasus pemukulan siswa terhadap guru kesenian hingga tewas di wilayah Sampang Madura. Dia adalah  Budi Cahyono seorang guru kesenian di SMA Negeri 1 Torjun, Sampang, Jawa Timur. Dikabarkan bahwa dia dipukuli siswa kelas IX berinisial MH  setelah terjadi cekcok selama pembelajaran berlangsung. Nasib guru budi ini tentunya sangat mencoreng dunia pendidikan di Indonesia. 

Pendidik sampai  sekarang memang tak juga  memiliki nasib yang baik. masih banyak nasib budi budi yang lain. Dipukuli siswa dianiaya orang tua siswa dan masih banyak lagi. Ditambah pengangkatan CPNS yang tak kunjung tiba, gaji yang kecil bahkan hanya cukup untuk bayar listri sebulan. Belum lagi masalah yang terjadi saat menghadapi siswa yang nakal. Ingin tegas namun tak di dukung undang undang, tak ada perlindungan profesi, tak ada jaminan kesejahteraan, kesehatan maupun pendidikan anak. Padahal tugas mereka sangat besar
Kasus pemukulan dan penganiayaan guru oleh siswanya memang sekarang banyak terjadi dimana mana tak hanya nasib budi seorang. Pak Budi dan guru lain seolah guru menjadi macan ompong sekarang. Peran guru di jaman sekarang sudah tak seleluasa dahulu. Dulu peran guru sebagai pendidik tak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan akan tetapi juga mendidik mental siswa dan tugas tersebut mendapat dukungan sepenuhnya oleh pemerintah dan orang tua. Namun sekarang sudah tidak sama lagi, banyak orang tua yang sudah tak mempercayai peran guru bahkan pernah ada kasus orang tua dan murid bersama sama memukuli gurunya hanya karena alasan sepele karena sanksi indisipliner. 



Kasus demi kasus yang terjadi membuat keprihatinan bagi kita semua sebagai seorang pendidik dan praktisi kependidikan.



Lalu siapa yang disalahkan? mari mulai hari ini jangan saling menyalahkan, memperbaiki keadaan agar pendidikan di negeri kita semakin baik itulah yang harus kita carikan solusinya.  Kembalikan pada diri kita sendiri, Jika kita sebagai guru maka apa yang harus kita lakukan agar menjadi guru yang di segani siswa tanpa harus bersikap impresif alias galak. Jika kita orang tua maka mari kita percayakan proses pendidikan anak anak kita kepada guru saat berada di lingkungan sekolah. Jika anak kita melakukan tindakan indisipliner maka biarkan anak dihukum oleh sitem tata tertib Sekolah. 


Lalu apa yang harus dilakukan agar tidak terjadi lagi sebagaimana nasib guru budi? menurut saya setidaknya ada 7 langkah untuk mengatasi hal tersebut

1. Guru harus memiliki kepribadian yang ideal
Seorang pendidik yang tegas, santun dan profesional maka akan otomatis menjadikan figur guru yang di segani siswa. Sikap tegas akan menjadi warning bagi siswa bahwa guru tersebut sangat memperhatikan tata tertib siswa. Dalam kondisi apapun yang namanya guru itu di gugu dan di tiru, sikap plin plan akan menyebabkan siswa ragu akan kepribadian kita. Sikap santun akan memberi pengertian kepada anak didik akan rasa hormat dan sayang guru kepada siswa. Nah disinilah peran guru sebagai pengganti orang tua ketika di lingkungan sekolah. Peduli profesionalitas guru meyakinkan siswa akan kesungguhan guru dalam memberikan pelayanan pendidikan. Jika guru profesional terhadap pekerjaan maka akan ditiru oleh siswa. Siswa pun akan memposisikan diri sebagaimana posisinya.

2. Guru harus mengenal sistem yang ada di sekolah.
Sistem pendidikan di masing masing sekolah berbeda beda, ada yang tegas terhadap tindakan indisipliner siswa, ada yang lunak, meski siswa melakukan tindakan tak terpuji seperti menghina guru namun masih ada sekolah yang membiarkan kejadian itu. Padahal jika ada siswa yang sudah tak menghargai guru bagaimana dia bisa menghargai orang tua bahkan teman temannya. Sekolah sudah seharusnya proaktif dalam menciptakan sistem pendidikan baik yang melindungi peran guru. 
mengenal sistem sekolah akan memberikan gambaran kinerja kita di sekolah. Jika sekolah lebih mementingkan memperhatikan banyak siswa dan mengabaikan kualitas pendidikan serta tidak mengutamakan peran dan hak guru maka tinggalkan saja. Karena sekolah tersebut hanya akan menjadikan kita sebagai pendidik seperti mancan ompong. 


3. Guru berbekal kemampuan karate atau silat

Kalau boleh di bilang ini adalah ide yang konyol akan tetapi bayangkan mengajar anak SMA yang belum memiliki sikap dewasa dan cenderung agresif di tambah sistem sekolah yang belum mengakomodasi keselamatan guru maka langkah paling tepat adalah mengikuti kursus karate atau silat. Profesi kita sekrang bukan seperti profesi kita jaman dulu. jaman sekarang anak didik mudah sekali menantang berduel gurunya. Lalu apa jadinya jika kita tidak punya kemampuan tempur? meski bukan ditujukan untuk meladeni tantangan siswa namun kemampuan bela diri akan memberikan benteng dari segala kemungkinan yang buruk itu. Jika siswa kita tahu kita punya sabuk hitam atau apalah maka setidaknya meningkatkan kewibawaan guru.


4. Guru berwibawa tak harus kasar

Pendidik yang baik akan senantiasa menempatkan sikap menghargai dalam kesantunan terhadap siapapun termasuk kepada siswa. Contoh. perilaku kekerasan apapun merupakan bagian dari spiral kehidupan yang selalu berulang. Dengan sikap lembut dan pengertian maka lama kelamaan akan dapat memutus siklus kekerasan. Ingat kekerasan tak hanya fisik namun juga mental. Sikap menghina siswa di depan siswa lain akan menyebabkan kebencian yang berulang. Bahkan mungkin saja jika siswa kita nanti ada yang menjadi guru. Bisa dibayangkan bukan bagaimana hasil didikan siswa yang berlatar belakang kekasaran?.


5. Ciptakan kedekatan dengan siswa

Menjalin hubungan kedekatan dengan siswa akan meningkatkan rasa empati siswa. dengan membuat kondisi pembelajaran yang menyenamgkan pastinya akan menambah kedekatan dengan siswa. Tapi perlu di perhatikan pembelajaran yang menyenangkan siswa bukanlah pembelajaran yang membiarkan suasana ramai dan gaduh. Memang sekarang ini pola pikir anak sudah bergeser, jam kosong lebih mereka senangi. Ini menjadi PR bagi kita semua sebagai seorang pendidik.


6. Ciptakan pembelajaran yang tak hanya menilai ilmu namun juga moralitas siswa.

Memberikan proporsi nilai moral saat memberikan penilaian akhir semacam rapor akan membuat siswa segan. Misalkan bagi yang tiga kali tidak mengikuti pelajaran maka nilai rapornya akan jelek. Dengan memberikan sosialisasi tersebut maka setidaknya anak akan memberi nilai perhatian yang lebih terhadap pelajaran kita. Konsistensi kita terhadap aturan itu juga harus kita pertahankan, dengan alasan apapun bagi siswa yang melanggar kontrak politik pembelajaran kita maka kita harus tetap melaksanakannya. Jangan hanya karena desakan kepala sekolah atau guru lain menyebabkan kita sendiri yang melanggar aturan tersebut. Karena biasanya dengan dasar siswa tidak boleh naik kelas dan harus diberi nilai maka kita memberikan nilai siswa yang nyata nyata melanggar kontrak pembelajaran kita.


7. Sosialisasikan kepada orang tua siswa akan keseriusan kita dalam mendidik putra putri mereka.

Orang tua yang mana yang tak ingin memiliki anak yang sukses santun dan berguna bagi orangtua bangsa dan negara?. Jika orang tua merasa yakin akan kapasitas kita dalam mendidik putra putri mereka maka pasti kita akan mendapat dukungan penuh dari mereka.


Demikianlah langkah langkah yang perlu ditembuh agar kejadian seperti nasib pak Budi cahyono tidak terulang. Mari kita bersama bersemangat untuk membangun pendidikan yang berkharakter, bermoral dan menghargai guru. Kita kembalikan lagi kejayaan guru pada masa silam. 


LihatTutupKomentar